Selasa, 16 Juli 2024
 
Register   Login



Save Page
Lukas 14:15-24
Lukas 14:25-35

Lukas 14:25-35
Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus
14:25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? 14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, 14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. 14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? 14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? 14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Penjelasan:


* Pentingnya Penyangkalan Diri (14:25-35)

    Lihatlah bagaimana Kristus dalam pengajaran-Nya menyesuaikan diri dengan orang-orang yang sedang diajak-Nya berbicara, Ia memberikan makanan kepada setiap orang sesuai bagiannya. Kepada orang-orang Farisi Ia mengajarkan kerendahan hati dan kasih, sementara dalam perikop ini Dia mengarahkan perkataan-Nya kepada orang banyak yang sedang berduyun-duyun mengikuti-Nya, tampaknya mereka sangat bersemangat. Kepada mereka ini Ia menasihati agar mereka memahami syarat-syarat untuk menjadi murid-Nya sebelum mereka membuat suatu pengakuan, dan agar mereka mempertimbangkan apa yang mereka lakukan itu. Lihatlah di sini,

    I. Bagaimana bersemangatnya orang banyak dalam mengikuti Kristus (ay. 25): Banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus. Banyak yang mengikuti-Nya karena kasih, dan lebih banyak lagi yang hanya sekadar mengikuti-Nya, sebab bila ada banyak, pasti ada lebih banyak lagi. Di sini ada campuran macam-macam orang, seperti kumpulan macam-macam orang yang mengikuti Israel keluar dari Mesir. Demikian pula yang kita harus sadar ada dalam jemaat, dan karena itu penting bagi para hamba Tuhan untuk memisahkan dengan hati-hati apa yang berharga dan apa yang hina.

    II. Betapa Ia meminta mereka untuk penuh pertimbangan di dalam semangat mereka itu. Orang yang ingin mengikuti Kristus harus mempertimbangkan apa yang terburuk dan bersiap-siap menghadapinya.
        . Ia memberi tahu mereka hal terburuk apa yang harus mereka hadapi, hampir sama dengan apa yang telah dilalui-Nya sebelum mereka dan untuk mereka. Ia tahu bahwa mereka mau menjadi murid-murid-Nya supaya bisa memenuhi syarat untuk memperoleh kedudukan dalam kerajaan-Nya. Mereka berharap bahwa Ia akan berkata, "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ingin menjadi murid-Ku, ia akan mendapatkan kekayaan dan kehormatan yang berlimpah. Biarlah Aku sendiri yang akan menjadikannya orang hebat." Namun Ia justru memberi tahu mereka hal yang sebaliknya.
            (1) Mereka harus rela melepaskan apa yang sangat mereka kasihi, dan karena itu mereka harus datang kepada-Nya sesudah benar-benar terlepas dari segala kenyamanan dunia, dan mati terhadapnya. Mereka harus benar-benar merasa gembira untuk memilih berpisah dari semuanya itu daripada harus melepaskan keinginan mereka untuk mengikuti Kristus (ay. 26). Tidak ada orang yang bisa menjadi murid Kristus jika ia tidak membenci bapanya, ibunya, dan bahkan nyawanya sendiri. Ia tidaklah tulus, dan juga tidak akan setia dan tekun, jika ia tidak mengasihi Kristus lebih daripada apa pun di dunia ini. Ia harus rela melepaskan apa yang dapat dan harus ia tinggalkan, baik sebagai suatu pengorbanan, yang dengannya Kristus akan dipermuliakan (seperti para martir yang tidak menyayangkan nyawa mereka sendiri), ataupun sebagai suatu godaan, yang bila dilepaskan, kita semakin lebih mampu dalam melayani Kristus. Demikianlah Abraham meninggalkan bangsanya sendiri, dan Musa meninggalkan istana Firaun. Di sini tidak disebutkan tentang rumah dan tanah. Filsafat mengajar kita untuk memandang hina keduanya, tetapi Kekristenan berbuat lebih mulia daripada itu.
                [1] Setiap orang yang baik pasti mengasihi sanak saudaranya, akan tetapi, jika ia mau menjadi murid Kristus, ia harus membenci mereka dalam pengertian tertentu. Ia tidak boleh mengasihi mereka lebih daripada Kristus, seperti Lea yang dikatakan dibenci sedangkan Rahel lebih dikasihi. Ini tidak berarti bahwa kita harus membenci orangnya, melainkan bahwa rasa nyaman dan kepuasan kita terhadap mereka harus dihilangkan dan tertelan habis oleh kasih kita kepada Kristus, seperti orang Lewi yang berkata tentang ayahnya, aku tidak mengindahkannya (Ul. 33:9). Apabila kewajiban kita terhadap orangtua jelas-jelas bersaing dengan kewajiban kita terhadap Kristus, maka kita harus lebih mengutamakan Kristus. Jika kita harus memilih antara menyangkal Kristus atau diusir dari keluarga dan kaum kerabat (seperti yang banyak dialami oleh jemaat Kristen mula-mula), maka kita harus lebih memilih kehilangan hubungan dengan mereka daripada kehilangan kebaikan Kristus.
                [2] Setiap orang pasti mengasihi nyawanya sendiri, belum pernah ada orang yang membencinya. Namun, kita tidak dapat menjadi murid-murid Kristus jika kita tidak mengasihi-Nya sebegitu rupa lebih daripada nyawa kita sendiri, sampai bersedia hidup sengsara di bawah kekejaman, bahkan sampai nyawa diambil melalui kematian yang keji, daripada harus menghina Kristus atau meninggalkan kebenaran-Nya dan jalan-jalan-Nya. Pengalaman kehidupan rohani yang menyenangkan dan iman pengharapan akan kehidupan kekal akan membuat perkataan yang keras ini menjadi ringan. Apabila penderitaan dan penganiayaan datang karena firman, maka ujian yang utama adalah, siapakah yang lebih kita kasihi, Kristus atau sanak saudara dan nyawa kita. Namun demikian, bahkan dalam masa-masa tenang pun ujian ini terkadang datang juga. Orang yang menolak melayani Kristus dan tidak mau memanfaatkan kesempatan untuk mengenal-Nya, serta malu untuk mengakui-Nya karena takut menyinggung perasaan saudara atau teman, atau kehilangan pelanggan, menunjukkan tanda-tanda bahwa ia lebih mengasihi mereka daripada Kristus.
            (2) Bahwa mereka harus rela menanggung beban yang sangat berat (ay. 27): Barangsiapa tidak memikul salibnya, tidak mau menjalaninya seperti orang yang dihukum salib, yang menerima hukuman itu dan menantikan pelaksanaannya, dan mengikut Aku ke mana pun Aku membawanya, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Maksudnya, menurut Dr. Hammond, ia bukanlah bagian-Ku, dan pelayanan-Ku, yang pasti akan mendatangkan penganiayaan, bukanlah bagiannya. Meskipun tidak semua murid Kristus disalibkan, mereka semua memikul salib mereka, seolah-olah sedang menunggu disalib. Mereka harus tahan dikata-katai orang dan dicerca secara keji dan menjijikkan, sebab tidak ada nama lain yang lebih tercela daripada Furcifer -- penggotong tiang gantungan. Ia harus memikul salibnya dan mengikut Kristus. Maksudnya, ia harus memikul salib itu ketika sedang melaksanakan kewajibannya, kapan pun ia menjumpainya. Ia harus memikulnya apabila Kristus memanggilnya untuk salib itu, dan ketika memikulnya, matanya harus tertuju pada Kristus dan meminta dorongan dari-Nya, serta hidup dalam pengharapan akan mendapat imbalan bersama-Nya.
        . Ia meminta mereka untuk menghitung-hitung hal ini, lalu menimbang-nimbang. Karena Ia sudah begitu adil terhadap kita dengan memberitahukan secara terus terang kesulitan-kesulitan apa yang akan kita hadapi dalam mengikuti-Nya, maka marilah kita bersikap adil terhadap diri kita sendiri dengan mempertimbangkan masalah ini masak-masak sebelum kita memilih hidup beriman. Yosua menyuruh orang Israel mempertimbangkan apa yang mereka lakukan ketika mereka berjanji untuk melayani Tuhan (Yos. 24:19). Lebih baik tidak pernah memulai sama sekali daripada nanti tidak sanggup melanjutkan, dan oleh karena itu, sebelum kita memulai kita harus benar-benar mengetahui apa yang akan dituntut dari kita untuk selanjutnya. Dalam hal ini kita bertindak dengan akal sehat, dan memang demikianlah seharusnya manusia bertindak, seperti juga dalam hal-hal lainnya. Perkara Kristus yang kuat boleh diuji terlebih dahulu. Iblis hanya memperlihatkan yang terbaik, namun menyembunyikan yang terburuk, karena apa yang terbaik darinya tidak sebanding dengan apa yang terburuk yang ditimbulkannya; tetapi, Kristus akan mengimbanginya secara berkelimpahan. Pertimbangan seperti ini sangatlah penting supaya kita bisa tabah, terutama dalam masa-masa penderitaan. Juruselamat kita di sini menggambarkan pentingnya masalah ini dengan dua perumpamaan. Perumpamaan yang pertama menunjukkan bahwa kita harus memperhitungkan harga yang harus kita bayar dalam hidup beriman, sementara yang kedua menunjukkan bahwa kita harus mempertimbangkan bahaya-bahaya yang akan mengancam kita.
            (1) Ketika kita memilih hidup beriman, kita seperti orang yang mau mendirikan sebuah menara, dan karena itu kita harus memperhitungkan anggaran biayanya (ay. 28-30): Siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara, atau rumah megah untuk dirinya sendiri, tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya? Di samping itu, ia pun harus menyediakan anggaran yang jauh lebih banyak daripada yang dikatakan para pekerjanya. Biarlah ia membandingkan terlebih dulu biaya yang diperlukannya dengan uang yang ada di dompetnya, sebab kalau tidak, ia akan ditertawakan, karena ia mulai mendirikan, tetapi tidak sanggup menyelesaikannya.


SBU


MINGGU IV SESUDAH EPIFANI
Kamis, 3 Februari 2022
Renungan Pagi
KJ 342 : 1-Berdoa
KESELAMATAN UNTUK SEGALA ORANG

Lukas 14:15-24
Lalu kata tuan itu kepada hambanya : Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang- orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh (ay.23)


Pada umumnya jika kita mendapat undangan kita akan menyambutnya, apalagi kalau kita punya relasi yang baik dengan yang mengundang. Kita menyiapkan waktu, kita menyiapkan busana yang akan dikenakan dan lain sebagainya.

Yesus mengundang orang banyak masuk dalam karya keselamatan. Dikatakan : Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam  Kerajaan Allah. Namun, sayangnya tidak semua orang mau datang dengan berbagai alasan (khususnya orang-orang Yahudi). Akhirnya undangan itu dialihkan bagi orang lain bahkan orang-orang dengan keberadaan masing-masing.

Dalam berpelayanan Yesus memperhatikan tiap orang dengan keberadaanNya. Dan Yesus menyembuhkan dan memulihkan banyak orang. Saudaraku karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus terbuka untuk segala orang dengan keberadaan masing-masing. Jangan sungkan, Yesus menghendaki jamuanNya kelak di kerajaan-Nya penuh dengan segala orang.
Tugas kita semua adalah menyampaikan Injil Kristus bagi segala orang dan membawa segala orang mengalami perjumpaan dengan Yesus. Mereka dimungkinkan hidup dalam karya keselematan Allah dan kelak ada bersama di Kerajaan Allah yang kekal, Tuhan menghendaki, rumahNya penuh.

Bagaimana caranya? Tidak lain adalah membawa orang-orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui Injil yang diberitahukan. Anak cucu kita arahkan terus mengikuti ibadah, membaca Alkitab, menerima kebenaran Firman. Pada waktunya mereka mengikuti pelajaran katekisasi. Diteguhkan menjadi warga sidi lalu aktif mengambil bagian dalam pelayanan di Gereja Tuhan. Mengalami bertumbuh dan pertambahan tetap setia beriman pada Tuhan Yesus sampai akhir hidup.

Di masyarakat kita hadir membawa kasih Kristus ke dunia luar tidak semua orang membaca Alkitab dan tidak tahu tentang keselamatan yang Allah anugerahkan melalui Salib Kristus. Tetapi melalui tutur kata, sikap hidup kita selaku anak-anak Tuhan yang berbeda, bukan yang aneh-aneh tetapi kita sendiri tidak larut dengan carut marut dunia. Tetapi kita memancarkan cahaya Kristus di dunia sekitar kita. Kita berdoa mohon Roh Kudus menjamah hati yang keras, kita berdoa untuk orang lain dan banyak orang menyadari bahwa Yesus datang untuk menyelematkan segala orang. Dan kita semua selaku umat Tuhan dimanapun berada mempertahankan keselamatan yang sudah dianugerahkan melalui Yesus Kritus Tuhan kita.   
 
KJ 342 : 2
Doa : (Ya Tuhan biarlah kami semua adalah orang-orang yang menikmati jamuanMu di kerajaan sorga kelak)



MINGGU IV SESUDAH EPIFANI
Kamis, 3 Februari 2022
 Renungan Malam
GB 215 : 1 -Berdoa
BUKAN SEKEDAR MENJADI PENGIKUT YESUS

Lukas 14:25-35
"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, Ia tidak dapat menjadi muridKu."
(ay 27)

Yesus menghendaki para pengikut-Nya bukan sekedar menjadi pengikut, tetapi menyadari bahwa mengikut Yesus ada konsekuensi dan tanggung jawab yang harus dijalani, seperti penyerahan diri seutuhnya yang diminta oleh Tuhan. Mengutamakan Tuhan lebih dari keluarga, tidak fokus pada diri sendiri, rela melaksanakan tanggung jawab yakni memikul salib, mengikut Yesus dan setia terhadap komitmen. Seluruh kehidupan dan penghidupan bergantung sepenuhnya pada kasih Tuhan. Apa yang dikatakan Yesus menjadi tantangan bagi kita.

Menyadari bukan sekedar menjadi pengikut tetapi pengikut yang menyadari panggilan dan pengutusanNya, tetap setia dalam segala kondisi dan keadaan yang dihadapi.

Disituasi yang paling sulit pun, Tuhan menyatakan rahmat dan kebaikanNya. Saat ini kita dibaharui  kembali dalam menjalani panggilan dan pengutusan. Biarlah kita tetap setia memikul salib Kristus bukan karena kita hebat dan kuat, tetapi karena Kristus sudah memenangkan segala sesuatunya bagi kita.

Dalam bacaan tadi Yesus mengajak dan mengajar para pengikutNya berpikir logis, dan penuh totalitas yaitu mengutamakan Yesus diatas segala-galanya yakni melebihi orang tua, pasangan hidup dan keluarga bahkan nyawa kita sendiri, yang berikutnya memikul salib serta memperhitungkan segala sesuatu dengan matang dan rinci seperti membangun menara seperti raja yang mau berperang. Yesus tidak menghendaki setiap pengikutNya, hanya asal ikut. Tetapi menyadari segala resiko yang akan dihadapi, sehingga menghasilkan pengikut yang cerdas dan setia.

Saudaraku setiap kita mengalami perjuangan masing-masing dalam mengikut Yesus. Tetapi mari totalitas yang sudah kita jalani sampai saat ini tetap kita pertahankan kalau perlu kita tingkatkan. Sebab tantangan, godaan dan cobaan selalu ada, sepanjang kehidupan yang Tuhan beri.

GB 215 : 2
Doa : (Kuatkanlah kami untuk menjadi Anak-AnakMu yang setia sampai pada akhirnya)






NEXT:
Khotbah Ibadah GPIB Jumat, 4 Februari 2022 - HILANG DAN DITEMUKAN - Lukas 15:8-10 - MINGGU IV SESUDAH EPIFANI

PREV:
Khotbah Ibadah GPIB Rabu, 2 Februari 2022 - KASIH YANG MEMPERHATIKAN YANG TERPINGGIRKAN - Lukas 14:12-14 - MINGGU IV SESUDAH EPIFANI







Kalender Liturgi Katolik Juli 2024 dan Saran Nyanyian

Bacaan Alkitab Urut Peristiwa

NEXT:
Khotbah Ibadah GPIB Jumat, 4 Februari 2022 - HILANG DAN DITEMUKAN - Lukas 15:8-10 - MINGGU IV SESUDAH EPIFANI

PREV:
Khotbah Ibadah GPIB Rabu, 2 Februari 2022 - KASIH YANG MEMPERHATIKAN YANG TERPINGGIRKAN - Lukas 14:12-14 - MINGGU IV SESUDAH EPIFANI

Arsip Khotbah Ibadah GPIB 2022..




TOP Christian Song