Rabu, 03 Juli 2024
 
Register   Login          kuliah murah di bekasi



Save Page

Pagi:
Berdoalah Seperti Yang Tuhan Yesus Ajarkan - Matius 6:5-14

Matius 6:5-14
Hal berdoa
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. 6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya 6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) 6:14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.



Malam:
Berdoalah, Tuhan Memberimu Yang Terbaik - Matius 7:7-11

Matius 7:7-11
Hal pengabulan doa
7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 7:9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 7:10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan? 7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Penjelasan:



* Doa sebagai Sarana Menerima Anugerah (7:7-11)


    Juruselamat kita, dalam pasal sebelumnya, sudah berbicara mengenai doa sebagai suatu kewajiban yang diperintahkan, yang dengannya Allah dihormati, dan yang apabila dilakukan dengan benar, akan mendatangkan upah. Di sini, Ia berbicara mengenai doa sebagai sarana yang ditentukan guna memperoleh apa yang kita butuhkan, terutama anugerah untuk menaati perintah-perintah yang diberikan-Nya, yang beberapa di antaranya sangat tidak nyaman bagi darah dan daging.

I. Berikut ini adalah sebuah perintah dalam tiga kata yang mempunyai maksud sama, Mintalah, Carilah, Ketoklah (ay. 7),
yang artinya, dalam satu kata, "Berdoalah; seringlah berdoa; berdoalah dengan tulus dan sungguh-sungguh; berdoa dan berdoalah terus; Selalulah berdoa dan bertekunlah di dalamnya; buatlah doa sebagai suatu usaha dan bersungguh-sungguhlah dalam mengerjakannya. Mintalah, seperti seorang pengemis yang meminta sedekah." Mereka yang ingin kaya dalam anugerah harus menetapkan hati untuk menekuni usaha meminta-minta, dan mereka akan mendapati bahwa usaha ini sangat menguntungkan. "Mintalah, kemukakanlah segala kebutuhan dan bebanmu kepada Allah, dan serahkanlah dirimu kepada-Nya untuk mendapatkan kebutuhan dan persediaan hidupmu sesuai janji-Nya. Mintalah, seperti pelancong yang menanyakan arah jalan. Berdoa berarti meminta dari Allah (Yeh. 36:37). Carilah, seperti mencari benda berharga yang hilang, atau seperti pedagang yang mencari mutiara yang indah. Carilah melalui doa (Dan. 9:3). Ketoklah, seperti orang yang ingin masuk ke dalam rumah mengetuk pintu." Kita akan dipersilakan masuk untuk berbincang-bincang dengan Allah, akan dibawa ke dalam kasih-Nya, kebaikan-Nya, dan kerajaan-Nya. Dosa telah menutup pintu dan menjadi penghalang bagi kita. Dengan doa, kita mengetuk, Tuan, Tuan, bukakanlah kami pintu! Kristus mengetuk pintu kita (Why. 3:20; Kid. 5:2), dan memperbolehkan kita mengetuk pintu-Nya, suatu kebaikan yang tidak kita berikan kepada pengemis-pengemis biasa. Mencari dan mengetuk menyiratkan sesuatu yang lebih dari meminta dan berdoa.
        . Kita jangan hanya meminta, tetapi juga mencari. Kita harus mendukung doa-doa kita dengan usaha. Dengan menggunakan berbagai sarana yang telah ditentukan, kita harus mencari apa yang kita minta, supaya tidak mencobai Allah. Ketika pengurus kebun anggur meminta agar diberikan waktu satu tahun bagi pohon ara yang tidak berbuah, ia menambahkan, "Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya" (Luk. 13:7-8). Allah memberikan pengetahuan dan anugerah kepada orang-orang yang menyelidiki Kitab Suci dan yang menanti di gerbang Hikmat; dan Ia memberikan kuasa melawan dosa kepada orang-orang yang menghindari kesempatan-kesempatan yang bisa membuatnya berdosa.
        . Kita jangan hanya meminta, tetapi juga mengetuk. Kita harus datang ke hadapan pintu Allah, dan harus meminta dengan sesungguh-sungguhnya. Bukan hanya berdoa, melainkan juga memohon dan bergumul dengan Allah. Kita harus mencari dengan tekun, kita harus terus mengetuk, harus bertekun dalam doa dan dalam menggunakan berbagai sarana, harus bertahan sampai akhir dalam melaksanakan tugas.

II. Inilah janji yang diberikan: usaha kita untuk berdoa,
jika memang kita benar-benar berusaha di dalamnya, tidak akan sia-sia. Apabila Allah menjumpai hati yang berdoa, maka Ia akan dijumpai sebagai Allah yang mendengarkan doa. Allah akan memberikan jawaban damai sejahtera kepadamu. Perintah ini berlipat tiga, mintalah, carilah, dan ketoklah. Ada perintah demi perintah, tetapi janjinya berlipat enam, pernyataan demi pernyataan, untuk membesarkan hati kita, karena keyakinan yang kuat terhadap suatu janji akan membuat kita gembira dan tetap taat. Sekarang, kita lihat di sini:

. Janji itu telah dibuat, dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi perintah itu dengan tepat (ay. 7). Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; bukan akan dipinjamkan kepadamu, atau dijual kepadamu, melainkan diberikan kepadamu. Adakah barang lain yang cuma-cuma selain pemberian? Apa pun yang kaudoakan, sesuai dengan janji itu, dan apa pun yang kau minta, akan diberikan kepadamu, jika Allah menganggapnya baik bagimu. Jadi, apa lagi yang kaukehendaki? Yang diperlukan hanyalah meminta, dan mempunyai. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa, atau karena salah berdoa. Apa yang tidak layak diminta, tidak akan layak dimiliki, dan dengan demikian tidak berharga apa-apa. Carilah, maka kamu akan mendapat, dan usahamu tidak akan sia-sia. Allah sendiri akan ditemukan oleh orang yang tekun mencari Dia, dan jika kita mendapatkan Dia, maka itu sudah sangat cukup bagi kita. "Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Pintu rahmat dan anugerah tidak akan lagi ditutup bagimu sebagai musuh dan penyelundup, melainkan akan dibukakan bagimu sebagai teman dan anak-anak. Kelak akan ditanyakan, siapakah yang berdiri di muka pintu? Jika kamu mampu berkata, seorang teman, dan memiliki karcis janji yang siap ditunjukkan dengan tangan iman, maka janganlah ragu, kamu akan diizinkan masuk. Jika pintu tidak dibukakan pada ketokan pertama, teruslah berdoa. Jika kita mengetok pintu seorang teman dan berbalik pergi, maka itu merupakan penghinaan bagi dia; meskipun ia tampak berlambat-lambat, tetaplah menunggu."

. Janji itu diulangi (ay. 8). Maksudnya sama, tetapi dengan beberapa tambahan.
            (1) Janji ini dibuat untuk diberikan kepada semua orang yang berdoa dengan benar. "Bukan hanya kalian murid-murid-Ku yang akan menerima apa yang kalian doakan, tetapi setiap orang yang meminta, menerima, baik orang Yahudi maupun bukan-Yahudi, tua atau muda, kaya atau miskin, tinggi atau rendah, majikan atau pelayan, terpelajar atau tidak terpelajar, mereka semua sama-sama disambut di dalam takhta kasih karunia, jika mereka datang dengan iman, sebab Allah tidak membedakan orang."
            (2) Janji itu dibuat sebagai suatu anugerah, dengan memakai kata-kata yang berlaku untuk waktu kini, jadi bukan sekadar janji untuk masa akan datang. Setiap orang yang meminta, bukan saja akan menerima, tetapi telah menerima. Jika dengan iman kita menerapkan dan memegang janji itu sebagai milik kita, maka itu artinya kita memang tertarik pada sesuatu yang berharga yang dijanjikan itu dan kita sedang menabung untuknya. Jadi, betapa pasti dan tidak mungkin batal janji-janji Allah itu, sampai-sampai janji-janji itu langsung berlaku sebagai milik saat kini, artinya orang-orang percaya yang aktif langsung masuk dan menjadikan berkat-berkat yang dijanjikan itu sebagai miliknya. Apa yang kita miliki dalam pengharapan, menurut janji itu, sama pastinya dan manisnya seperti apa yang sudah ada dalam tangan kita sekarang ini. Allah telah berfirman di tempat kudus-Nya, dan kemudian Dia berkata, "Gilead punya-Ku, Manasye punya-Ku" (Mzm. 108:7-9). Apa saja menjadi kepunyaanku, asalkan aku bisa percaya bahwa memang demikianlah adanya. Bantuan-bantuan yang dihibahkan dengan syarat tertentu akan menjadi milik mutlak ketika segala syarat itu dipenuhi. Begitu pula, setiap orang yang meminta, menerima. Di dalam pernyataan ini Kristus sudah menaruh perintah-Nya supaya itu terlaksana, dan karena Dia mahakuasa, ini sudah cukup.

. Janji itu digambarkan dengan membandingkannya dengan orangtua di dunia ini yang dengan sendirinya akan memberikan anak-anak mereka apa yang mereka minta. Kristus menarik perhatian para pendengar-Nya dengan bertanya, "Adakah seorang dari padamu, walaupun sesusah-susah dan sejahat-jahatnya ia, yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti?" (ay. 9-10). Dari situ Ia menyimpulkan (ay. 11), "Jadi jika kamu yang jahat, mengabulkan permintaan anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Sekarang kita lihat kegunaan pernyataan ini:
            (1) Untuk mengarahkan doa-doa dan harapan-harapan kita.
                [1] Kita harus datang kepada Allah, seperti anak-anak menghadap seorang Bapa di sorga, dengan penuh rasa hormat dan keyakinan. Sungguh wajar bila seorang anak yang menginginkan sesuatu atau mengalami kesulitan berlari menghampiri ayahnya sambil mengeluh, "Aduh kepalaku, kepalaku!" Dengan sikap baru seperti itulah kita seharusnya datang kepada Allah untuk meminta pertolongan atas berbagai kebutuhan kita.
                [2] Kita harus datang kepada-Nya untuk meminta hal-hal yang baik, sebab Ia memberikan yang baik kepada mereka yang meminta pada-Nya. Hal ini mengajar kita untuk berserah kepada-Nya. Kita tidak tahu apa yang baik bagi diri kita sendiri (Pkh. 6:12), tetapi Dia tahu apa yang baik bagi diri kita. Oleh sebab itu kita harus menyerahkannya kepada-Nya. Ya Bapa-Ku, jadilah kehendak-Mu. Di sini, si anak diharapkan untuk meminta roti, yakni yang diperlukan, dan ikan, yang menyehatkan. Namun, bila anak itu dengan bodohnya meminta batu, atau ular, atau buah yang belum masak, atau pisau tajam untuk bermain, maka sang ayah, meskipun dia baik hati, akan bertindak sangat bijaksana dengan menolak permintaan itu. Kita sering meminta kepada Allah hal-hal yang akan membahayakan kita jika kita memilikinya. Allah mengetahui hal ini, dan oleh sebab itu Ia tidak memberikannya kepada kita. Penolakan yang dibuat berdasarkan kasih lebih baik daripada pengabulan yang diberikan dengan disertai kemarahan. Kita pasti akan segera celaka seandainya kita sudah menerima semua yang kita inginkan. Hal ini diungkapkan dengan luar biasa bagusnya oleh Juvenal, ahli hukum yang hidup di kerajaan Romawi, dalam Sat. 10.

Permittes ipsis expendere numinibus, quid
Conveniat nobis, rebusque sit utile nostris,
Nam pro jucundis aptissima quæque dabunt dii:
Carior est illis homo, quam sibi: nos animorum
Impulsu, et cæca, magnaque cupidine ducti,
Conjugium petimus, partumque uxoris; at illis
Notum est, qui pueri, qualisque futura sit uxor.
Percayakanlah nasibmu kepada kuasa-kuasa yang di atas.
Biarkanlah mereka mengaturnya bagimu, dan memberikan
Keperluanmu sesuai hikmat mereka yang tidak pernah keliru:
Dalam kebaikan, seperti juga dalam kebesaran, mereka melebihi segalanya;
Ah, coba kalau kita mencintai diri kita setengahnya saja dari yang seharusnya!
Kita, yang dibutakan oleh berbagai nafsu dan gairah,
Mencari pasangan, dan ingin menikah,
Lalu mendambakan keturunan: namun hanya ilah-ilah sajalah
Yang tahu siapa yang kelak menjadi istri dan anak-anak kita.

            (2) Untuk mendorong doa-doa dan harapan-harapan kita. Kita boleh berharap bahwa kita tidak akan ditolak dan dikecewakan. Kita tidak akan menerima batu sebagai ganti roti, yang membuat gigi kita patah (walaupun lapisan gigi kita cukup keras), atau ular sebagai ganti ikan, sehingga kita terpagut. Kita memang mempunyai alasan untuk merasa takut kalau-kalau hal ini akan menimpa kita, karena kita memang pantas diganjar demikian, tetapi Allah akan berbaik hati kepada kita dengan tidak mengganjar kita atas dosa-dosa kita. Dunia sering kali memberi kita batu sebagai ganti roti, dan ular sebagai ganti ikan, tetapi Allah tidak pernah berbuat demikian; tidak, kita akan didengar dan dijawab, seperti anak-anak oleh orangtua mereka.
                [1] Allah telah menempatkan di dalam hati orangtua kecenderungan yang penuh belas kasihan untuk menolong dan memberikan persediaan bagi anak-anak mereka, sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahkan orang yang hampir-hampir tidak punya hati nurani terhadap kewajibannya pun masih melakukannya, karena sudah menjadi nalurinya. Tidak pernah ada hukum yang dianggap perlu ditetapkan guna mewajibkan orangtua memelihara anak-anak mereka yang sah, atau, seperti pada zaman Salomo, anak-anak mereka yang tidak sah.
                [2] Dalam hubungan dengan kita, Allah telah menganggap diri-Nya sebagai seorang Bapa, dan mengakui kita sebagai anak-anak-Nya. Oleh sebab itu, karena dengan sendirinya kita pasti akan menolong anak-anak kita, maka kita juga boleh berani untuk datang kepada-Nya untuk minta tolong. Kasih dan kelembutan yang dimiliki para ayah berasal dari Dia; bukan dari alam, melainkan dari Allah Pencipta alam. Oleh sebab itu, kasih dan kelembutan ini jauh lebih besar terdapat dalam diri-Nya. Ia membandingkan kepedulian-Nya terhadap umat-Nya dengan kepedulian seorang ayah terhadap anak-anaknya (Mzm. 103:13), bahkan dengan kepedulian seorang ibu, yang biasanya lebih lemah lembut (Yes. 66:13; 49:14-15). Namun, kasih, kelembutan, dan kebaikan-Nya itu jauh melebihi yang ada pada para orangtua mana pun di dunia ini. Oleh sebab itu, kenyataan ini ditekankan dengan kata apalagi, dan didasarkan pada kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi bahwa Allah adalah Bapa yang lebih baik, jauh lebih baik daripada orang tua duniawi mana pun; rancangan-Nya jauh melebihi rancangan mereka. Ayah duniawi kita telah menjaga kita, dan kita telah menjaga anak-anak kita; tapi terlebih lagi, Allah akan menjaga anak-anak-Nya. Ayah duniawi kita sudah jahat karena asalnya, karena merupakan keturunan dari Adam yang sudah jatuh. Mereka telah kehilangan banyak sifat baik yang sesungguhnya dimiliki manusia, dan sifat-sifat yang rusak itu antara lain tidak sabar dan tidak berbaik hati. Namun demikian, mereka memberi pemberian yang baik kepada anak-anak mereka, dan mereka tahu bagaimana memberi apa yang sesuai dan kapan waktunya; apalagi Allah, sebab Dia menyambut ketika orang justru mencampakkan (Mzm. 27:10). Dan,

pertama,
Allah lebih tahu. Orangtua sering kali mencintai anak mereka dengan cara yang bodoh, tetapi Allah penuh dengan hikmat yang tidak terukur. Dia tahu apa yang kita perlukan, apa yang kita inginkan, dan apa yang sesuai bagi kita.
                    
Kedua,
Allah jauh lebih baik hati. Seandainya seluruh kasih sayang para ayah yang lemah lembut di dunia ini digabungkan jadi satu, dan dibandingkan dengan kasih setia yang lemah lembut dari Allah kita, maka ini sama dengan lilin dibandingkan dengan matahari, atau setetes air dengan samudra raya. Allah jauh lebih kaya, dan jauh lebih bersedia memberi kepada anak-anak-Nya dibandingkan dengan ayah kita secara kedagingan, sebab Dia adalah Bapa dari roh kita, yang mengasihi selamanya dan hidup selamanya. Kasih sayang dan kelemahlembutan Sang Bapa bahkan tercurah kepada anak-anak yang tidak taat, anak-anak yang hilang, seperti Daud terhadap Absalom. Jadi, bukankah semuanya ini seharusnya cukup untuk membungkam ketidakpercayaan kita?








NEXT:
KHOTBAH IBADAH GPIB SELASA, 14 MEI 2024 - SBU DAN PENJELASAN - PAGI: ME TIME - MALAM: BERDOALAH SEKARANG JUGA

PREV:
KHOTBAH IBADAH GPIB MINGGU, 12 MEI 2024 - SBU DAN PENJELASAN - PAGI: HANYA MENUNGGU DAN BERDOA - MALAM: BERDOALAH, TUHAN MENGENAL HATIMU







Kalender Liturgi Katolik Juli 2024 dan Saran Nyanyian

Bacaan Alkitab Urut Peristiwa

NEXT:
KHOTBAH IBADAH GPIB SELASA, 14 MEI 2024 - SBU DAN PENJELASAN - PAGI: ME TIME - MALAM: BERDOALAH SEKARANG JUGA

PREV:
KHOTBAH IBADAH GPIB MINGGU, 12 MEI 2024 - SBU DAN PENJELASAN - PAGI: HANYA MENUNGGU DAN BERDOA - MALAM: BERDOALAH, TUHAN MENGENAL HATIMU

Arsip Khotbah Ibadah GPIB 2024..




TOP Christian Song

PEMBACAAN ALKITAB GPIB BULAN JUNI 2024

PEMBACAAN ALKITAB GPIB BULAN MEI 2024




ADV (Himnario Adventista), AG (Aradhana Geethamulu), ELI1 (ELI ABOLOJO (Christian Songs, Igala)), ELI2 (ELI KEKE (Short Songs, Igala)), English Hymns, HC (Держись Христа), PKS (Pwuhken Koul Sarawi), RRZ (Runyankole Rukiga, Zaburi), SP, SPSS (Spiewajmy Panu wyd. dziesiate), SR, SR3300 (Song of Revival 3300)*, SS (ДУХовни Песни), YJ (Юность-Иисусу), YSMS (Тебе пою оМй Спаситель), CFC SONGS *, Jacqlien Celosse, Franky Sihombing, Sari Simorangkir, Maria Shandi, Nikita, Jonathan Prawira, Sidney Mohede, Edward Chen,
Tagalog Worship Song
Kenya Worship Songs
Ghana Worship Songs
Urgandan Christian Song
Russian Worship Songs
Chinese Praise and Worship Song
Lagu Rohani Bahasa Iban di Malaysia
Thai Christian Song
Hebrew Christian Song
Arab Christian Song
Christian Songs In Dutch
German Christian Songs
Hindi Worship Song
Japanese Christian Song
Italian Christian Song
Lagu Rohani Batak
Lagu Rohani Ambon
Greek Worship Songs
French Worship Songs
Spanish Worship Songs