Minggu, 07 Juli 2024
 
Register   Login          kuliah murah di bekasi



Save Page

Download Materi Katekisasi 12 ALLAH TRITUNGGAL


Pemahaman Iman :

Dalam seluruh pokok Pemahaman Iman GPIB kita bertemu dengan struktur pemikiran trinitaris atau pemikiran tentang ketritunggalan Allah. Ada istilah istilah yang digunakan untuk Allah seperti Bapa, Pencipta, Pemelihara. Ada istilah istilah yang digunakan untuk Yesus Kristus seperti Anak, dan Firman. Ada istilah istilah yang digunakan untuk Roh Kudus, seperti Roh Kristus, dan Penghibur. Masih ada juga istilah istilah lain untuk menerangkan Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Dalam Pemahaman Iman GPIB, kepercayaan bahwa Allah sebagai Tritunggal merupakan hal yang pokok. Pemahaman Iman kita memiliki tujuh pokok utama. Tapi dalam setiap pokok utama itu kita pasti bertemu dengan rumusan rumusan yang bersifat ke-tritunggal-an Allah. Kita pasti bertemu dengan bagian yang menunjuk pada peranan Allah sebagai Bapa yang mencipta, peranan Yesus Kristus yang menebus dan menyelamatkan serta juga peranan dari Roh Kudus yang menuntun ke dalam kebenaran.

Dalam liturgi Gereja kita, kita mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Dalam Pengakuan Iman Rasuli ini juga Allah ditampilkan sebagai Allah Tritunggal. Ada bagian pengakuan tentang Allah sebagai Bapa, ada bagian pengakuan tentang Yesus Kristus sebagai Anak, dan ada bagian pengakuan tentang Roh Kudus.

Kesimpulan kita adalah bahwa Allah Tritunggal merupakan salah satu keyakinan pokok iman Kristen, sehingga baik masyarakat Kristen sedunia secara universal mengucapkannya dalam ibadah melalui pengakuan Iman; tetapi juga masyarakat Kristen lokal seperti GPIB, bukan hanya mengucapkannya dalam pengakuan iman melainkan juga dalam hal merumuskan pokok pokok pemahaman Iman. Konteks Kita

Dalam kenyataan di masyarakat Indonesia dimana mayoritas Muslim sedang berkembang dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kepercayaan tentang Allah Trtunggal mengalami tantangan yang tidak pernah berhenti. Bagi iman Islam sendiri, keesaan Allah adalah inti iman. Ini yang ditekankan nabi Muhammad. Mempersekutukan Allah adalah dosa besar yang tak akan diampuni oleh Allah, apalagi mengatakan Allah adalah tiga, jelas jelas bertentangan dengan iman Islam. Agama Islam bercorak sangat rasionalistik-material. Sehingga bagi Islam, bicara tentang Allah sebagai Bapa, dan Allah sebagai Anak, mau tidak mau berarti harus disertakan faktor 'ibu'. Orang di luar iman Kristen, sulit mengerti satu adalah tiga dan tiga adalah satu. Mereka hanya memahami satu adalah satu, bukan tiga; dan tiga adalah tiga, bukan satu.
Dalam agama Hindu yang banyak juga penganutnya di Indonesia, ada ajaran yang disebut 'Trimurti' (tiga bentuk) yakni Brahma, Wisnu dan Syiwa. Dalam praktek, masing masing mazhab agama Hindu memiliki satu dewa tertinggi dan dua yang lain adalah penjelmaannya. Dewa tertinggi itu, adalah 'zat yang mutlak' yang tentangnya manusia sebetulnya tidak bisa berkata apa apa. Ada yang menyebutnya Sang Hyang Widhi. Maka sebetulnya penjelmaan dari zat yang mutlak itu, apakah Brahma, Wisnu atau Syiwa adalah sebetulnya adalah bentuk yang lebih rendah demi kepentingan agama, secara khusus dalam hubungan antara dewa dengan manusia dalam proses penyembahan.

Dalam Kebatinan Jawa, aliran Pangestu mengajarkan semacam ketritunggalan yang disebut Tripurusa (tiga oknum). Menurut aliran Pangestu ini, Tuhan yang Maha-esa disebut Tri Purusa yang diartikan sebagai 'keadaan satu yang bersifat tiga' yaitu: Suksma Kawekas (Tuhan yang sejati), Suksma Sejati (Penuntun sejati atau Guru sejati) dan Roh Suci (yaitu manusia sejati atau jiwa manusia sejati).

Mereka yang berpikir secara matematika yang material juga berpendapat yang sama. Kalau ada satu, dan ada satu lagi, lalu ada satu lagi, maka yang ada ialah tiga, bukan satu. Padahal dalam ilmu matematika sendiri bukan hanya ada pertambahan. Ada perkalian, pembagian bahkan pengurangan. Kalau kita akan menggunakan pertambahan memang satu tambah satu, tambah satu menjadi tiga. Perkalian dan pembagian tentang satu, akan tetap menghasilkan satu. Pengurangan akan menghasilkan yang lain lagi. Satu kurang satu kurang satu, malahan hasilnya adalah minus satu. Gereja sepanjang masa berusaha menjelaskan imannya tentang Allah Tritunggal, akan tetapi hal itu tidak selalu bisa diterima oleh pihak pihak di luar Gereja.

Jadi kita melihat bahwa hal ketritunggalan memang menjadi soal dalam Islam dan mereka yang menerapkan pikiran matematis material terhadap agama. Namun tetapi dalam Hindu, dan kebatinan hal itu dipandang sebagai hal biasa saja. Maka penjelasan tentang Allah Tritunggal akan tetap menjadi Pekerjaan Rumah bagi Gereja Gereja di Indonesia juga.

Satu hal penting patut diingat, yaitu bahwa kita juga berada dalam suatu era kebangkitan agama agama suku. Ini penting, karena sekalipun agama agama suku ini dihitung sebagai kebudayaan dan bukan sebagai agama. Ciri penting dari agama agama suku ini adalah pandangan tentang Allah yang tidak selalu harus sama dengan agama Kristen atau Islam, kedekatan dengan alam, dan begitu banyak kearifan lokal yang harus dilihat sebagai kekayaan batin. Ditengah ini semua, orang Kristen di Indonesia berada, dengan pemahaman yang khas tentang Allah, yakni Allah sebagai Tri Tunggal.

Memahami Allah Tritunggal adalah memahami Allah sendiri. Ini mengandaikan sejak awal bahwa Allah benar benar ada. Pengandaian ini berlaku bagi setiap agama dalam masyarakat.

Tetapi pertanyaan mulai muncul apabila kita mempersoalkan, bagaimana kita tahu dan memastikan bahwa Allah ada. Dalam berbicara tentang obyek lain seperti batu atau pohon, yang terjadi adalah 'kita mendatangi obyek', memegang, memperhatikan, dan bila dianggap perlu dibawa ke ruang laboratorium untuk penelitian. Jelas sekali kalau kita mau memastikan bahwa Allah ada, kita tidak bisa mendatangi Allah. Kita hanya bisa memastikan bahwa Allah ada, karena 'Allah mendatangi kita'. Jadi proses mengetahui berdasarkan pengalaman untuk memastikan ada batu atau pohon, lain sekali dengan proses mengetahui berdasarkan pengalaman untuk memastikan adanya Allah. Pohon atau batu bisa kita pastikan berdasarkan pengalaman obyektif material. Allah hanya bisa kita pastikan berdasarkan pengalaman subyektif spiritual. Maka memahami Allah sejak awal mempunyai sisi misteri yang tidak pernah akan habis terungkap.

Pengalaman tentang Allah berbeda beda dari orang ke orang. Berbeda juga dari masyarakat ke masyarakat. Karena itu tidak ada seorangpun yang bisa memaksakan pengalamannya tentang Allah untuk menjadi pengalaman orang lain. Pengalaman pengalaman ini sah pada orangnya sendiri, juga sah pada masyarakatnya sendiri. Jadi ada peristiwa dimana Allah mendatangi manusia dan peristiwa itu menjadi pengalaman manusia tentang Allah. Sehingga jumlah pengalaman manusia tentang Allah itu begitu banyaknya, praktis sejumlah banyaknya manusia yang hadir sepanjang sejarah agama di dunia. Ada yang mengalaminya begitu saja. Ada yang mengalaminya dan memberikan pengalaman itu nilai yang khusus dalam kehidupannya. Ada yang menuturkannya secara turun temurun, sehingga makin lama makin banyak, sebab pengalaman itu bisa menyangkut pribadi, tetapi juga bisa menyangkut sebuah masyarakat secara keseluruhan.

Pengalaman tentang Allah itu kemudian disimpulkan dalam refleksi tertulis berupa pernyataan pernyataan, baik oleh pribadi maupun oleh persekutuan. Israel melakukan hal itu. Dokumentasi tentang hal ini kita temukan dalam Perjanjian Lama. Gereja juga melakukannya. Dokumentasi tentang hal itu kita temukan dalam Perjanjian Baru. Gabungan kedua dokumentasi itu, yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sekarang kita kenal sebagai Alkitab. Karena itu maka untuk memahami Allah Tritunggal, kita perlu belajar dulu dari kesaksian Alkitab.

Kesaksian Alkitab :
Perjanjian Lama jelas mengedepankan keesaan Tuhan. Lihat saja pernyataan jelas dan tegas dalam Ulangan 6 : 4. Namun itu tidak berarti bahwa Allah tidak ditampilkan secara trinitaris. Pribadi pertama adalah Allah sebagai Sang Pencipta, yang biasanya dikatakan sebagai Bapa. Ini Pribadi pertama. Dalam Kejadian 1 : 26 dikatakan : "Baiklah kita menjadikan manusia....'. Istilah 'kita' menunjuk pada kejamakan. Pertanyaannya adalah kepada siapa Allah sedang berbicara?. Kalau dikatakan kepada malaikat, maka itu tidak mungkin. Sebab malaikat ada di bawah Allah. Padahal Allah mengatakan: "...,menurut rupa dan teladan kita'.... Manusia tidak dicipta menurut rupa dan teladan malaikat manapun, melainkan menurut rupa dan teladan Allah. Kalau dikatakan bahwa kata 'kita' ini mau menunjukkan bahwa Allah dalam Perjanjian Lama itu banyak (politheis) maka itu juga tidak mungkin, karena Perjanjian Lama jelas mengedepankan keesaan Tuhan. Kalau dikatakan bahwa istilah 'kita' ini adalah semacam penghalusan, seperti sekarang bisa terjadi orang menggunakan istilah 'kami' sebagai ganti 'saya', maka itu juga tidak mungkin. Karena model berbahasa seperti itu tidak kita kenal dalam Israel kuno. Maka tidak ada kemungkinan yang lain daripada harus mengatakan bahwa pada 'keesaan' Allah itu ada 'kejamakan' oknum atau pribadi.

Namun sambil tetap menekankan keesaan Allah, dalam Perjanjian Lama kita baca juga tentang Pribadi Kedua, Allah Anak yang biasanya disebutkan dengan nama 'Malaikat Tuhan' ( Kejadian 16; 18; 28; 31; 32; Yosua 5; Hakim Hakim 6; 13; Yesaya 63 : 9 - 10). Yang disebut sebagai Malaikat Tuhan ini bukan Malaikat biasa karena alasan alasan berikut:

  1. Ia berfirman atas namanya sendiri. Tidak lagi mengatas-namakan Tuhan. Contohnya kita temukan dalam Kejadian 16 : 10 dimana sang Malaikat Tuhan berkata: ..., ku akan membuat sangat banyak keturunanmu'... dst. Jelas hanya Tuhan Allah sendirilah yang bisa bicara dalam wibawa seperti ini.
  2. Malaikat Tuhan ini mau disembah orang ( Yosua 5 dan Hakim Hakim 2) padahal malaikat biasa tidak boleh disembah dan juga tidak mau disembah (Wahyu 19 : 10; 22 : 9).
  3. Malaikat Tuhan ini juga disebut Allah (Kejadian 16 : 13). Malaikat Tuhan ini bisa dibedakan dari Allah Bapa, sebab Ia dapat diutus oleh Allah Bapa (Hakim Hakim 13).

Kesimpulan kita adalah bahwa Malaikat Tuhan ini adalah 'sang Firman' yang menyatakan diri sebagai Allah sekaligus menyatakan kehendak Allah. Kalau kemudian dalam Perjanjian Baru kita menemukan pikiran dalam Injil Yohanes pasal 1 tentang Firman yang menjelma menjadi manusia, maka untuk pikiran dunia Perjanjian Lama, ini bukan hal yang istimewa. Ia telah berbicara berulang kali sebagai pribadi dalam Perjanjian Lama.

Berikut dalam Perjanjian Lama, sambil tetap menekankan keesaan kita juga membaca pernyataan tentang pribadi ketiga, yakni Roh Kudus atau Roh Suci.

  1. Roh suci menghiasi makhluk dengan kecakapan dan talenta talenta (Keluaran 31 : 2 dst).
  2. Roh Suci menerangi hidup rohani (Mazmur 51 : 13; Zakharia 4 : 6).
  3. Roh Suci adalah Roh nubuat, Roh yang memberi ilham dari Allah dan menjadikan manusia mampu untuk menerima dan melanjutkannya kepada orang lain (Yehezkiel 11 : 5; Bilangan 11 : 29).

Masih ada pernyataan tentang ketritunggalan dimana ketiga pribadi itu dinyatakan. Dalam Yesaya 63 : 8 - 10 kita baca secara jelas bagaimana Allah menjadi Bapa bagi Israel yang dikatakan sebagai anak anak-Nya. Dia yang menebus mereka, akan tetapi mereka mendukakan Roh-Nya. Jadi pribadi sang Bapa, pribadi sang Penebus dan pribadi Roh menyatu disini.

Kita bisa menyimpulkan sekarang bahwa sekalipun tidak dikatakan segamblang dalam Perjanjian Baru, namun tampilan Allah yang Esa secara Tritunggal jelas sekali dalam Perjanjian Lama.

Perjanjian Baru lebih gamblang bicara tentang Tritunggal. Sudah dalam Lukas 1 : 35 misalnya peranan Roh Kudus jelas. Dan Roh Kudus yang 'turun keatas' Maria inilah yang kemudian lahir dalam bentuk seorang anak yang bernama Yesus. Dalam Perjanjian Baru jelas sekali bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah. Bahwa segenap pekerjaan Allah dilihat dalam pekerjaan Yesus Kristus yang adalah Allah sekaligus juga adalah manusia.
Dalam Perjanjian Lama, nama 'Bapa' menunjuk kepada Allah (Yahweh), dalam arti seluruh ketritunggalan. Dalam Perjanjian Baru, Bapa dibedakan dari Anak dan Roh Kudus.

Catatan catatan khusus mengenai Allah Bapa bisa kita temukan sebagai berikut: 1. Allah Bapa yang memelihara segala makhluk, besar dan kecil (Matius 6:26,29; 10:29)
2. Allah Bapa yang mengutus Allah Anak (Yohanes 5 : 30,37,43; 16:28; 20:21).
3. Allah Bapa yang mengadili, memberi pahala dan hukuman (Matius 6 : 4,18; 10:28; 13:43; Lukas 12 : 5; Yohanes 14 : 2;17:24).
4. Allah Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada sang Anak, termasuk pengadilan juga diserahkan sang Bapa kepada sang Anak (Matius 11 : 27; Lukas 10 : 22; Yohanes 8 : 29; 13:3; Yohanes 5 : 22).
5. Sang Bapa senantiasa beserta dengan Sang Anak (Yohanes 6 : 57; 14:10).
Catatan Catatan khusus mengenai Allah Anak bisa kita temukan sebagai berikut:
1. Allah Anak dan Allah Bapa adalah satu (Yohanes 14 : 10,11,28; 17:21)
2. Allah Bapa dan Allah Anak saling mengenal dengan sempurna (Yohanes 10 : 15)
3. Sang Anak hanya mengerjakan apa yang diperintahkan oleh sang Bapa (Lukas 2 : 49; 22:42; Yohanes 10 : 32;15:10)
4. Sang Anak hanya berbicara seperti yang diajarkan sang Bapa kepadaNya (Yohanes 8 : 28,38; 12:50; 15:15).
5. Sang Anak dapat meminta pahala dari sang Bapa (Matius 26 : 53; Yohanes 14:16; 16:23,26; 17:24,25)
6. Sang Anak adalah satu satunya jalan kepada sang Bapa ( Yohanes 14 : 6,9).

Catatan Catatan khusus mengenai Roh Kudus bisa kita temukan sebagai berikut:
1. Roh Kudus diutus oleh Sang Bapa (Yohanes 14 :16,26)
2. Roh Kudus diutus oleh Allah Anak (Yohanes 15 : 26)
3. Roh Kudus bukanlah tenaga atau kekuatan, melainkan pribadi atau oknum. Ia menjadi penghibur - Penolong (Yohanes 14 : 16; 15:26).
4. Roh Kudus bekerja dalam Yesus Kristus (Matius 12 :28; Lukas 4 :18)
5. Roh Kudus bekerja dalam diri orang percaya (Matius 10 :20; Yohanes 3 :6)

Dalam Perjanjian Baru kita masih menemukan kenyataan menarik yang lain.
Yaitu bahwa ketritunggalan itu muncul sebagai kesatuan:
1. Ketika Yesus akan dikandung oleh Maria (Lukas 1 : 35).
2. Ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3 :16).
3. Dalam rumusan rumusan Berkat (2 Korintus 13 : 13; 1 Petrus 1 : 2; Wahyu 1 : 4,5)

Selain itu Perjanjian Baru juga mengatakan bahwa :
1. Segala karunia berasal dari Allah Tritunggal (1 Korintus 12 : 4,6)
2. Tritunggal tidak ada hanya kalau Allah menyatakan diri kepada kita. Trinitas itu kekal dan ada pada hakikat Allah. Ini nyata dari :
a. Tatkala Allah menciptakan langit dan bumi, Tritunggal sudah ada (Yohanes 1:1)
b. Sang Anak bukan hanya ada dalam pernyataan, melainkan Ia juga memberi pernyataan (Yohanes 1 : 18)
c. Sebelum dunia ada, sang Anak sudah ada (Yohanes 17 : 5)
d. Roh Kudus sudah ada sebelum ada waktu, sebelum Roh itu diutus (Yohanes 3:34; 1 Yohanes 3 : 24; 4:13; Kisah Para Rasul 2 : 17,18)
e. Roh Kudus adalah kekal (Ibrani 9 : 14).

Kesaksian Kesaksian Alkitab di atas menunjukkan kepada kita bahwa :
1. Baik Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru memuat pernyataan tentang Allah Tritunggal.
2. Ketiga pribadi atau oknum ilahi dinyatakan dalam keesaan, tetapi masing masing juga dengan keistimewaan atau kekhasannya.
3. Tritunggal adalah kekal.
4. Ketiga pribadi ilahi ini bersama bekerja dalam penciptaan dan penciptaan kembali, dengan perbedaan tugas tertentu.
5. Keesaan Allah tidak sedikitpun dilemahkan oleh ketritunggalan Allah. Jejak

Jejak Sejarah
Sepanjang sejarah kita menemukan banyak 'serangan' terhadap dogma atau ajaran Tritunggal ini. Serangan serangan ini dilakukan baik terhadap ajaran tentang Oknum Allah Bapa, Oknum Allah Anak dan Oknum Roh Kudus. Juga ada serangan terhadap hubungan hubungan antara ketiganya. Harus kita ingat bahwa serangan terhadap ajaran tentang salah satu Oknum dengan sendirinya bertujuan melemahkan ajaran tentang ketiga-tiganya. Serangan serangan ini sudah ada sejak awal sejarah Gereja, dan kemudian mendapat bentuk bentuk yang lain, bahkan bentuk bentuk modern juga. Kita akan menyebut beberapa saja dari serangan serangan ini.

1. Serangan terhadap ajaran tentang Oknum Allah Bapa.
Yang sejak awal menentang ajaran tentang Oknum Allah Bapa ini adalah aliran 'Gnostik'. Singkatnya kata gnostik berarti 'pengetahuan rahasia'. Mereka memandang diri sebagai yang mempunyai pengetahuan rahasia, bukan hanya tentang Allah, tetapi juga tentang alam semesta. Mereka mengatakan bahwa ada dua -bukan satu!- asal dari segala sesuatu. Yang pertama adalah sang 'Yang Rahasia' atau 'yang tidak dapat dikenal. Dia ini tidak pernah memperkenalkan diri. Dari dialah mengalir dunia roh. Yang kedua disebut sebagai 'Demi-Urgos'. Dia ini yang menciptakan dunia kebendaan. Jadi yang kedua ini membatasi kekuasaan yang pertama. Dalam pandangan mereka, Allah Anak yang menjelma menjadi manusia itu termasuk kedalam dunia roh yang diciptakan oleh Allah Bapa. Jadi Allah Bapa dan Allah Anak bukanlah satu.

Yang kedua adalah seorang yang bernama Marcion, yang mengajarkan bahwa Allah Perjanjian Lama, lain sekali dengan Allah Perjanjian Baru. Allah Perjanjian Lama adalah Allah orang Yahudi saja. Dia menciptakan langit dan bumi, akan tetapi Dia hanya memegang keadilan. Dia Allah yang murka, yang gemar akan perang dan tidak mengenal kasih. Yesus Kristus adalah Allah Perjanjian Baru yang lain dari Perjanjian Lama, yang bersifat kasih dan murah hati. Inilah Allah dalam Injil. Salah satu akibat dari pikirannya adalah bahwa Marcion meniadakan semua ciri Allah Yahudi dalam Alkitab. Alkitab versi Marcion jadinya sangat tipis, karena bukan hanya seluruh Perjanjian Lama dibuangnya, tapi bagian bagian Perjanjian Baru yang merujuk ke Perjanjian Lama juga dibuangnya.

2. Serangan terhadap ajaran tentang Oknum Allah Anak
Serangan terhadap ajaran tentang Oknum Allah Anak pertama sekali dilakukan oleh orang orang yang tidak percaya akan keilahian sang Anak. Menurut mereka ini, Anak bukannya Allah. Hanya karena pekerjaan-Nya saja maka dia diangkat atau di adopsi sebagai Anak oleh Tuhan.
Serangan kedua oleh mereka yang mengatakan bahwa Anak adalah buah ciptaan. Jadi sang Anak tidak kekal. Sang Anak bukanlah Allah dan bukan juga manusia. Dia berdiri di antara Allah dan manusia. Artinya ada waktu dimana sang Anak itu tidak ada. Tentu saja hal ini bertentangan dengan apa yang dikatakan dalam ayat-ayat pertama Injil Yohanes. Bahwa Firman itu ada bersama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan bahwa Firman itu menjadi daging dalam Yesus Kristus. 3. Serangan terhadap ajaran tentang Oknum Roh Kudus.

Serangan terhadap ajaran tentang oknum Roh Kudus juga sudah ada sejak awal sejarah Gereja. Memang sangat sulit untuk membayangkan bahwa Roh adalah satu oknum. Karena itu ada yang terjerumus dalampandangan bahwa Roh Kudus adalah ibu dari Yesus Kristus. Ada juga yang mengatakan bahwa Roh Kudus sesungguhnya bukan oknum, melainkan 'kekuatan' saja dari Allah Bapa. Pernyataan Allah memang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah oknum yang bebas. Namun harus diakui, sulit menggambarkan hal ini dengan mengikuti logika manusia.

4. Serangan Terhadap Hubungan Antara Ketiga Oknum Selain serangan terhadap oknum per oknum, ada juga serangan terhadap hubungan antara ketiga oknum itu. Ada yang mengatakan bahwa Allah itu hanya satu. Yang beda hanya nama namanya saja. Jadi bukan oknum. Ada yang mengatakan bawa ketiga oknum itu hanya seperti topeng yang digunakan secara bergantian oleh satu oknum. Ada yang mengajarkan semacam sub-ordinasi. Bapa lebih tinggi, Anak kurang tinggi,dan Roh yang lebih rendah.

Semua serangan terhadap ajaran Tritunggal diatas, membuat Gereja mencari rumusan agar jangan terjadi penyelewengan pemahaman. Rumusan rumusan itu bukan bermaksud untuk menjelaskan Tritunggal, karena Tritunggal itu sendiri tetap sebuah misteri ilahi untuk disembah, bukan untuk diselidiki. Yang dicari adalah untuk menjelaskan pernyataan tentangTrinitas. Bahwa Allah adalah trinitas, yakni beroknum tiga, akan tetapi satu hakikatnya. Rumusan rumusan itu kemudian sekali kita kenal sekarang ini sebagai Pengakuan Iman Rasuli. Jadi Pengakuan Iman Rasuli adalah jawaban Gereja terhadap semua perumusan yang keliru tentang Trinitas. Keesaan Allah sangat penting. Ini adalah keesaan Hakikat. Anak adalah satu hakikat dengan Bapa, Roh adalah satu hakikat dengan Bapa dan Anak. Akan tetapi ketigaan-oknum juga jelas sekali dinyatakan dalam Alkitab. Keesaan dalam ketigaan, atau ketigaan dalam keesaan ini menjadi dinyatakan oleh Alkitab depan fakta fakta berikut:

  1. Menciptakan adalah tindakan Allah Bapa (Wahyu 4 :11; 1 Korintus 6 :8). Tetapi Anak juga aktif (Yohanes 1 : 1-3; Kolose 1 : 15-17 dst) dan juga Roh Kudus (Mazmur 33:6; 104:30).
  2. Inkarnasi adalah tindakan Allah Anak (Yohanes 1 :14; Ibrani 10 :5 dst).Tetapi Allah Bapa juga aktif ( Galatia 4 : 4; Yohanes 3 : 16) dan Roh Kudus juga (Lukas 1 : 35).
  3. Penyelamatan adalah dari sang Anak (Yohanes 8 : 36 dst) tetapi juga dari sang Bapa (Yohanes 3 : 16 dst) dan dari Roh Kudus (Yohanes 6 : 63).
  4. Penyucian adalah dari Roh Kudus (Roma 14 : 7 dst) tetapi juga dari sang Bapa (Galatia 4 : 6) dan Sang Anak (Yohanes 14 : 26).


Allah Tritunggal dan Kita.
Kita menghayati keberadaan Allah, pertama sekali bukan karena akal budi kita yang 'meneliti' Allah. Kita menghayati keberadaan Allah pertama sekali karena Allah mendatangi kita. Proses ini masih berlangsung terus dalam kehidupan individual orang percaya. Dalam sejarah, Allah menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Karena itulah Yesus Kristus adalah Tuhan, dan bukan sekedar 'nabi' seperti yang dikatakan oleh agama lain. Dalam kehidupan pribadi Allah menampakkan kehadiran-Nya melalui jawaban atas doa doa kita. Jadi sesungguhnya pengalaman pribadi kita dengan Allah yang menjawab doa, merupakan landasan iman kita tentang keberadaan Allah. Pengalaman ini yang biasanya disebutkan sebagai 'pengalaman iman'.

Ada tiga hal pokok dalam pengalaman iman yang mempengaruhi seluruh kehidupan orang Kristen. Hal yang pertama adalah kenyataan keberadaan diri kita. Seorang manusia tidak akan hadir, kalau tidak diciptakan oleh Tuhan Allah. Kitab Kejadian menceriterakan bahwa Manusia hadir karena Allah menghembuskan nafas kehidupan (Kejadian 2 : 7). Tanpa nafas kehidupan yang dari Allah itu, manusia tidak akan pernah menjadi makhluk hidup. Karena itu wajar kalau Pemazmur mengatakan bahwa Tuhanlah yang membentuk kita dalam kandungan Ibu (Mazmur 139 : 13).

Hal yang kedua adalah keselamatan kita. Keselamatan bukanlah soal masuk surga saja. Sebab surga adalah sesuatu yang sangat pasti bagi mereka yang mempercayakan diri pada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru-selamat dunia (Yohanes 3 : 16). Tapi yang paling penting mengenai keselamatan adalah kehidupan kita sehari hari. Setiap hari kita dilindungi oleh Tuhan. Tanpa perlindungan Tuhan kita sudah akan binasa. Kalaupun hidup kita mengalami kesulitan, maka bagian terbesar dari kesulitan itu sebenarnya telah ditanggung oleh Tuhan. Kalau tidak pasti kita sudah akan mengalami kesulitan yang lebih besar lagi. (Matius 8 : 17; Ibrani 9 : 28).

Hal yang ketiga adalah masa depan kita. Sesungguhnya kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan kita. Bahkan kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Nyatanya kadang-kadang ada orang yang masih hidup di hari kemarin, tetapi tidak hidup lagi di hari ini. Inilah yang namanya misteri masa depan. Dimana, kapan dan bagaimana, selalu jadi pertanyaan. Tapi dari sudut iman kita menemukan bahwa Tuhan Allah tidak terikat oleh ruang dan waktu. Tuhan Allah bisa berada di semua tempat sekaligus. Tuhan Allah bisa juga mendengar doa dari orang percaya di seluruh dunia, pada waktu yang sama.

Tetapi Tuhan bisa juga sudah mempersiapkan sesuatu di masa depan bagi kita. Tuhan punya rencana bagi kehidupan kita (Yeremia 29 : 11). Roh Kudus-lah yang menuntun kita sehingga kita menjalani kehidupan sesuai dengan rancangan Tuhan bagi kita. Tanpa tuntunan Roh Kudus, kita akan mengikuti kehendak roh roh dunia ini, dan masa depan kita bukanlah masa depan yang baik, melainkan masa depan yang buruk. Maka percaya kepada Allah Tritunggal adalah mempercayakan diri kepada Allah Tritunggal. Sebab sang Tritunggal ini bukan hanya pencipta, tetapi juga penyelamat dan penuntun kehidupan kita. Dan kita harus sadar bahwa iman seperti ini bukan dianut oleh diri kita pribadi sendiri saja. Iman ini dianut oleh orang Kristen sedunia. Dan orang Kristen sedunia adalah mayoritas penduduk dunia ini.

ALLAH TRITUNGGAL
(Untuk Katekisan)
Tugas Awal :
1) Bacalah Pemahaman Iman GPIB
2) Tuliskan kembali Pengakuan Iman yang sering diucapkan dalam Ibadah di Gereja.
3) Temukan, apa yang sama dalam konsep tentang Allah dalam Pemahaman Iman GPIB dan dalam Pengakuan Iman Rasuli.

Uraian :
Salah satu hal paling misterius dalam semua agama adalah kalau bicara tentang Allah. Dalam agama agama suku di seluruh dunia Allah dipahami dalam berbagai konsep. Di Indonesia misalnya mereka yang penganut kebatinan Jawa mengatakan Allah sebagai 'Kasunyataan yang Maha-Luhur'. Artinya kenyataan yang tertinggi. Yang lain mengenalnya sebagai Debata Mula-jadi Nabolon. Artinya sang Pencipta yang mengawali segala sesuatu. Yang lain mengenalnya sebagai Opo Wananatas. Artinya Dia yang bersemayam di atas. Yang lain sebagai Tete-Manis. Artinya Dia yang selalu baik. Banyak lagi cara orang mengungkapkan pandangannya tentang Allah. Tapi ini semua hanya menunjuk pada satu hal pokok: Mereka percaya bahwa Allah ada.

Agama agama yang berasal dari kawasan Timur tengah, baik Yahudi, Kristen, dan Islam juga mempunyai ungkapan ungkapan tentang Allah. Tapi salah satu hal yang merupakan tekanan pokok, sekaligus titik singgung antara Yahudi dan Islam dengan Kekristenan adalah mengenai Allah Tritunggal, yang dalam Iman Kristen disebut sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ketiganya dipercaya orang Kristen sebagai tiga oknum atau tiga pribadi dari hakikat yang satu. Dan hakikat yang satu itu adalah Allah yang esa.

Dalam Iman Yahudi, Allah itu Esa. Mereka tidak mengakui Yesus Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. Sekalipun mereka bicara tentang Roh Tuhan atau Roh Allah tetapi Roh Allah atau Roh Tuhan dianggap bukan Allah sendiri. Salah satu tuduhan berat terhadap Yesus adalah justru karena Dia mengakui diri sebagai Anak Allah!. Yesus juga dinyatakan bersalah karena mengatakan dirinya sebagai Mesias. Orang Yahudi menantikan seorang Mesias yang akan menyelamatkan mereka dan akan mengembalikan mereka ke zaman keemasan Daud dan Salomo. Mereka tidak pernah mau mengaku bahwa yang membuat mereka terpuruk adalah dosa mereka. Karena itu Mesias mestinya seorang yang menyelamatkan dari dosa, agar mereka tidak lagi terpuruk. Ketika Yesus menyebut diri-Nya Mesias, maka Yesus maksudkan penyelamatan dari dosa agar hidup sosial mereka kembali baik. Orang Yehudi tidak mau menerima kenyataan ini, karena mereka memang sulit untuk mengaku bahwa mereka memang berdosa. Mereka merasa bahwa sebagai anak-cucu Abraham, mereka mendapat perlakuan khusus dari Allah. Padahal dalam hubungan dengan dosa, Allah menghukum semua, termasuk mereka yang mengatakan diri sebagai umat Allah. Orang Yahudi sampai hari ini masih menantikan kedatangan Mesias itu.

Mereka yang Muslim berpikir matematis yang rasional. Kalau Yesus Anak Allah maka mereka mempertanyakan ibunya. Rasionalitas ini sebetulnya bertabrakan dengan iman mereka sendiri tentang sifat sifat Allah. Salah satu sifat Allah yang dikenal umat Muslim adalah 'Maha-kuasa'. Karena Allah Maha-kuasa, maka Allah bisa menghadirkan manusia, tanpa seorang laki laki dan perempuan. Itulah yang terjadi pada Adam. Bisa juga tanpa seorang perempuan, hanya seorang laki laki. Itulah yang terjadi pada Hawa. Bisa dengan seorang laki laki dan seorang perempuan. Itulah yang kita lihat secara normal. Tetapi kalau Allah Mahakuasa, mestinya Allah juga bisa menghadirkan seorang manusia tanpa seorang laki laki, dan hanya dari seorang perempuan. Itulah yang terjadi dengan Tuhan Yesus Kristus, yang lahir dari Maria karena Roh Kudus turun ke atas Maria. Kesulitan yang lain bagi umat Islam untuk memahami Allah sebagai Tritunggal adalah pikiran matematisnya. Mereka hanya berpikir tentang oknum, dan tidak melangkah ke hakikat. Maka Bapa dan Anak dan Roh Kudus dihitung sebagai tiga saja. Orang Kristen lalu dituduh menyembah tiga Tuhan. Padahal bicara tentang Tuhan, iman Kristen bicara tentang hakekat, dan bukan tentang oknum. Kesulitan lain yang terjadi dengan umat Muslim adalah istilah 'Anak Allah' bagi Yesus Kristus. Seperti yang telah dikatakan, mereka mempertanyakan ibunya. Padahal dalam Iman Kristen, 'Anak Allah' berarti satu satunya Anak yang pernah lahir di bumi ini -dari sekian milyar anak yang pernah lahir- yang merupakan penjelmaan dari Allah, hanyalah Yesus Kristus. Karena itu Yesus sendiri menyebut dirinya Anak Allah Yang Tunggal atau satu satunya (Yohanes 3 : 16). Inti soalnya sederhana. Orang tidak akan pernah bisa memahami iman Kristen, kalau tidak belajar percaya. Mereka yang belajar untuk tahu, tidak akan mampu mengerti iman Kristen tentang Allah Tritunggal. Kecuali mereka belajar untuk percaya.

Dalam iman Kristen kehadiran Allah dihayati dalam banyak sekali bentuk. Seorang petani menghayati Allah sebagai pemberi kesuburan. Seorang nelayan menghayati Allah sebagai penguasa cuaca. Seorang karyawan menghayati Allah sebagai penuntun di pekerjaan. Seorang yang sakit menghayati Allah sebagai pemberi kesembuhan. Seorang yang kecewa dan patah hati menghayati Allah sebagai penghibur. Dan banyak lagi yang lain. Semua pengalaman ini sah pada orang yang bersangkutan. Namun tidak boleh dipaksakan pada orang lain. Dengan memperhatikan kenyataan kenyataan dalam Alkitab, Gereja lalu merumuskan bahwa penghayatan penghayatan tentang Allah itu bisa dibagi dalam tiga kelompok besar. Yang pertama adalah penghayatan penghayatan dimana Allah menampakkan kuasa-Nya sebagai sang pencipta sekaligus pemelihara. Yang kedua, adalah penghayatan penghayatan dimana Allah menampakkan kuasaNya sebagai Penyelamat. Dan yang ketiga adalah penghayatan penghayatan dimana Allah menampakkan kuasa-Nya sebagai belajar percaya.

Mereka yang belajar sekedar untuk tahu, tidak akan mampu mengerti iman Kristen tentang Allah Tritunggal. Kecuali mereka belajar untuk percaya. Penuntun yang bicara melalui nurani. Sebagai Pencipta dan Pemelihara Allah disebut sebagai Bapa. Sebagai Penyelamat Allah disebut Tuhan Yesus Kristus. Lazimnya disebut sang Anak. Karena sang Bapa dan Roh Kudus tidak pernah memiliki bentuk fisik. Sebagai Penuntun Allah disebut Roh Kudus. Maka baik Bapa, Anak, maupun Roh Kudus adalah oknum atau pribadi dari Allah yang sama. Maka Allah dalam Iman Kristen dipahami sebagai Allah Tritunggal.

Tugas Akhir : (evaluasi).
Bicarakan beberapa pengalaman iman. Tanyakan disana dalam pengalaman iman ini Allah menampakkan kuasanya sebagai pencipta-pemelihara; penyelamat; ataukah penuntun hati nurani.

 





NEXT:
Materi Katekisasi 13 ALLAH BAPA, PENYATAAN DAN KARYANYA

PREV:
Materi Katekisasi 11 SEJARAH PENGAKUAN IMAN RASULI (CREDO APOSTOLICUM)






Kalender Liturgi Katolik Juli 2024 dan Saran Nyanyian

Bacaan Alkitab Urut Peristiwa

NEXT:
Materi Katekisasi 13 ALLAH BAPA, PENYATAAN DAN KARYANYA

PREV:
Materi Katekisasi 11 SEJARAH PENGAKUAN IMAN RASULI (CREDO APOSTOLICUM)

Arsip Katekisasi GPIB..




TOP Christian Song

PEMBACAAN ALKITAB GPIB BULAN JULI 2024

PEMBACAAN ALKITAB GPIB BULAN JUNI 2024




ADV (Himnario Adventista), AG (Aradhana Geethamulu), ELI1 (ELI ABOLOJO (Christian Songs, Igala)), ELI2 (ELI KEKE (Short Songs, Igala)), English Hymns, HC (Держись Христа), PKS (Pwuhken Koul Sarawi), RRZ (Runyankole Rukiga, Zaburi), SP, SPSS (Spiewajmy Panu wyd. dziesiate), SR, SR3300 (Song of Revival 3300)*, SS (ДУХовни Песни), YJ (Юность-Иисусу), YSMS (Тебе пою оМй Спаситель), CFC SONGS *, Jacqlien Celosse, Franky Sihombing, Sari Simorangkir, Maria Shandi, Nikita, Jonathan Prawira, Sidney Mohede, Edward Chen,
Tagalog Worship Song
Kenya Worship Songs
Ghana Worship Songs
Urgandan Christian Song
Russian Worship Songs
Chinese Praise and Worship Song
Lagu Rohani Bahasa Iban di Malaysia
Thai Christian Song
Hebrew Christian Song
Arab Christian Song
Christian Songs In Dutch
German Christian Songs
Hindi Worship Song
Japanese Christian Song
Italian Christian Song
Lagu Rohani Batak
Lagu Rohani Ambon
Greek Worship Songs
French Worship Songs
Spanish Worship Songs