Rabu, 03 Juli 2024
 
Register   Login          kuliah murah di bekasi



Save Page
Rabu, 24 Januari 2024 - Minggu III Sesudah Epifani
Pagi:
SELAMAT YANG PERCAYA ALLAH - Kisah 27:26-32

Malam:
NASIHAT YANG MENGUATKAN - Kisah 27:33-40 (SGK)

Kisah Para Rasul 27:33-40
27:33 Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: "Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. 27:34 Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya." 27:35 Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. 27:36 Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. 27:37 Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. 27:38 Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. 27:39 Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. 27:40 Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai.

Penjelasan:


* Hidup baru yang dihadirkan Paulus kepada kawan-kawannya, dengan mengundang mereka dengan hati riang untuk menyegarkan diri, dan dengan segala keyakinan yang berulang kali diberikannya kepada mereka bahwa nyawa mereka tidak akan menjadi korban. Berbahagialah mereka yang mempunyai seorang seperti Paulus di tengah-tengah mereka, yang tidak hanya mempunyai hubungan dengan Sorga, tetapi juga berjiwa hangat dan bersemangat terhadap orang-orang di sekelilingnya. Ini akan mempertajam perasaan suka teman-temannya terhadap dia, seperti besi menajamkan besi. Di dalam kesulitan, ketika di luar kita harus bergumul dan di dalam kita merasa ketakutan, teman seperti itu sungguh-sungguh teman sejati. Minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, demikianpun kemanisan sahabat dari karena nasihat hatinya (Ams. 27:9). Seperti itulah Paulus di sini bagi teman-temannya yang ada dalam kesusahan. Sementara itu, siang pun tiba. Mereka yang berharap supaya hari lekas siang hendaklah menunggu beberapa saat, maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka harapkan. Menyingsingnya fajar membangunkan mereka sedikit, dan kemudian Paulus mengumpulkan mereka bersama-sama.

1. Ia menegur mereka karena sudah mengabaikan diri mereka sendiri. 
Sebab sejauh ini mereka telah membiarkan diri mereka dalam ketakutan dan keputusasaan sehingga mereka lupa makan atau tidak memikirkannya: Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa, dan itu tidak baik (ay. Kis 27:33). Bukan berarti bahwa mereka semua, atau siapa saja dari mereka, terus-menerus tidak makan selama empat belas hari, melainkan bahwa mereka tidak makan secara utuh, seperti sebelum-sebelumnya, selama waktu itu. Mereka makan sangat sedikit, nyaris tidak makan apa-apa. Atau, “kamu sudah menahan lapar, yaitu, perutmu sudah menjadi kebal. Kamu sama sekali tidak punya nafsu makan, tidak pula ingin menikmatinya, karena ketakutan dan keputusasaan yang melanda.” Keadaan yang sangat menyedihkan diungkapkan seperti ini (Mzm. 102:5), aku lupa makan rotiku. Membiarkan tubuh lapar dan tidak memasukkan apa yang diperlukan untuk menyokongnya itu dosa. Sungguh tidak wajar orang yang membenci tubuhnya sendiri, yang tidak mengasuhnya dan merawatinya. Dan sungguh suatu kejahatan yang pedih di bawah kolong langit bahwa ada orang yang mempunyai segala hal yang baik dalam hidup ini, namun tidak punya kuasa untuk menikmatinya (Pkh. 6:2). Jika itu timbul dari dukacita yang dari dunia, dan dari ketakutan atau masalah yang berlebihan, maka itu sama sekali tidak bisa dimaafkan dan tetap dianggap sebagai dosa. Itu berarti tidak mensyukuri apa yang ada, tidak percaya pada Allah, dan semua itu salah. Betapa bodohnya orang yang mati karena takut mati! Tetapi begitulah, dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian, sementara sukacita di dalam Allah adalah hidup dan damai sejahtera di tengah-tengah kesukaran dan bahaya terbesar sekalipun.

2. Ia membujuk mereka untuk makan (ay. Kis 27:34): 
“Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Ada perjuangan berat di hadapan kita, kita harus pergi ke pantai sedapat mungkin. Jika tubuh kita menjadi lemah karena menahan lapar, kita tidak akan mampu menolong diri kita sendiri.” Malaikat menyuruh Elia, “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, ia akan mendapati perjalanannya terlalu jauh” (1Raj. 19:7). Jadi Paulus menyuruh orang-orang ini untuk makan, sebab kalau tidak, mereka akan kesulitan menghadapi gelombang. Aku memohon kepadamu, parakalō, “Aku menasihati kamu, jika kamu mau menuruti perintahku, makanlah. Meskipun kamu tidak nafsu makan, meskipun sudah lama perutmu menahan lapar, biarlah pikiran menyuruhmu makan, sebab hal itu perlu untuk keselamatanmu, atau lebih tepatnya untuk memelihara hidupmu, atau keselamatanmu, pada saat ini. Makanan itu perlu untuk keselamatanmu. Tanpa makan, kamu tidak akan mempunyai tenaga untuk menyelamatkan hidupmu.” Sama seperti orang yang tidak mau bekerja tidak boleh makan, begitu pula orang yang mau bekerja harus makan. Orang-orang Kristen yang lemah dan gemetar, yang membuka pintu bagi keraguan dan ketakutan tentang keadaan rohani mereka, yang terus-menerus menahan diri untuk tidak makan dari perjamuan Tuhan, dan menjauhkan diri dari penghiburan-penghiburan ilahi, mereka akan mengeluh tidak bisa meneruskan pekerjaan dan peperangan rohani, tetapi itu salah mereka sendiri. Jika saja mereka mau makan dan berpesta sebagaimana mestinya, dengan menikmati persediaan yang sudah dipersiapkan Kristus bagi mereka, maka mereka akan dikuatkan, dan itu demi kesehatan dan keselamatan jiwa mereka.

3. Ia meyakinkan mereka akan kelanjutan hidup mereka: 
Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya. Ini sebuah kiasan, yang berarti keamanan sepenuhnya. Kiasan ini digunakan dalam 1 Raja-raja 1:52 dan Lukas 21:18. “Janganlah makan karena takut mati. Aku berkata kepadamu, kamu pasti akan hidup, dan karena itu makanlah. Kamu akan sampai di pantai dengan badan basah kuyup dan menggigil, tetapi anginnya akan baik dan tubuhmu tetap utuh. Rambutmu akan basah, tetapi tidak sehelai pun akan terhilang.”

4. Ia sendiri yang menyuguhkan hidangan bagi mereka. 
Sebab tidak satu pun dari mereka yang bersemangat untuk melakukannya, semuanya lesu: Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengambilnya dari persediaan kapal, yang bisa diambil siapa saja sewaktu tak seorang pun dari mereka mempunyai nafsu makan. Mereka tidak menjadi berkekurangan, seperti yang kadang-kadang terjadi pada para pelaut ketika berada di laut lebih lama daripada yang mereka harapkan sebagai akibat dari cuaca buruk. Mereka mempunyai makanan yang berlimpah, tetapi apa gunanya itu bagi mereka, apabila mereka tidak berselera? Sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah bahwa kita tidak hanya mempunyai makanan untuk memuaskan selera makan kita, tetapi juga mempunyai selera makan untuk menikmati makanan kita. Juga, bahwa kita tidak hilang nafsu makan untuk makanan yang lezat-lezat (Ayb. 33:20), walaupun sedang sakit atau sedih.

5. Sekarang Paulus menjadi nakhoda kapal, 
dan mereka mempunyai alasan untuk bangga akan nakhoda mereka. Ia mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka. Kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa Paulus sering berdoa dengan Lukas dan Aristarkhus, dan dengan orang-orang Kristen lain di sana, dan bahwa mereka berdoa bersama-sama setiap hari. Tetapi apakah sebelum ini ia pernah berdoa bersama-sama dengan semua kawan seperjalanannya secara terang-terangan tidaklah pasti. Sekarang ia mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, bahwa mereka masih hidup, dan dijaga sampai sekarang, dan bahwa mereka diberi janji bahwa hidup mereka akan dijaga dari bahaya yang tengah mengancam mereka. Ia bersyukur atas persediaan yang mereka miliki, dan memohon berkat atasnya. Kita harus mengucap syukur dalam segala hal. Dan khususnya kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Allah dalam menerima makanan kita, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa, dan harus diterima dengan ucapan syukur. Dengan demikian, kutuk dilepas dari makanan itu, dan kita berhak sekaligus mendapat berkat atasnya berdasarkan kovenan (1Tim. 4:3-5). Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari firman Allah, yang harus dipenuhi dengan doa. Ia mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa ia melayani Tuan yang tidak malu diakuinya, melainkan juga untuk mengundang mereka agar melayani-Nya juga. Jika kita menginginkan berkat atas makanan kita, dan bersyukur untuk itu dengan cara yang benar, maka kita sendiri tidak hanya menjaga persekutuan yang menghibur dengan Allah, tetapi juga menghormati pengakuan iman kita, dan membuatnya baik di mata orang lain.

6. Paulus memberikan contoh yang baik kepada mereka: 
Sesudah mengucap syukur, ia memecah-mecahkan roti (roti tawar keras), lalu mulai makan. Entah mereka mau terdorong makan atau tidak, Paulus tetap terus makan. Jika mereka cemberut, dan, seperti anak kecil yang bandel, tidak mau makan karena pikiran masih dipenuhi dengan hal-hal lain, ia tetap akan makan, dan bersyukur. Jika orang tidak melakukan apa yang mereka ajarkan kepada orang lain, mereka tidak bisa dimaafkan. Dan cara paling manjur untuk mengajar adalah dengan memberi contoh.
7. Perbuatannya itu membuat mereka semua bahagia (ay. Kis 27:36): Maka kuatlah hati semua orang itu. Kemudian mereka memberanikan diri untuk percaya pada pesan yang dikirimkan Allah kepada mereka melalui Paulus, setelah mereka dengan jelas melihat bahwa Paulus sendiri, yang sama-sama berada dalam bahaya seperti mereka, mempercayainya. Demikianlah Allah mengirimkan kabar baik kepada umat manusia yang akan binasa melalui orang-orang dari kalangan mereka sendiri, yang sama-sama berada dalam bahaya seperti mereka, yang juga merupakan orang-orang berdosa, dan harus diselamatkan. Dengan demikian mereka juga bisa diselamatkan dengan cara yang sama seperti mereka meyakinkan orang lain untuk percaya. Sebab kabar yang mereka bawa adalah keselamatan bagi semua. Orang akan terdorong untuk berserah diri kepada Kristus sebagai Juru Selamat apabila orang-orang yang mengundang mereka untuk melakukannya menunjukkan bahwa mereka sendiri berserah kepada Kristus. Pada kesempatan inilah jumlah orang yang ada di kapal itu disebutkan, yang sudah kita perhatikan sebelumnya: jumlah mereka semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. Lihatlah berapa banyak orang bisa terpengaruh oleh contoh yang baik dari satu orang. Dan mereka pun makan juga, bahkan, mereka makan kenyang (ay. Kis 27:38). Mereka puas, atau kenyang, dengan makanan itu. Mereka makan dengan enak. Ini menjelaskan arti dari sudah empat belas hari lamanya mereka menanti-nanti saja, menahan lapar. Bukan berarti bahwa mereka tidak makan sepanjang waktu itu, tetapi bahwa mereka tidak pernah makan cukup sepanjang waktu itu, seperti yang terjadi sekarang.

8. Sekali lagi mereka meringankan muatan kapal, 
supaya kapal itu bisa lolos dengan lebih baik dari benturan yang akan menerpanya. Sebelumnya mereka sudah membuang alat-alat kapal, sekarang mereka membuang muatan gandum, persediaan pangan yang mereka miliki. Lebih baik mereka yang menenggelamkan makanan daripada makanan yang menenggelamkan mereka. Lihatlah betapa untuk alasan yang baik Juru Selamat kita menyebut makanan jasmani sebagai makanan yang akan binasa. Kita sendiri boleh-boleh saja, demi menyelamatkan hidup, membuang apa yang sudah kita kumpulkan dan kita simpan untuk menopang hidup kita. Ada kemungkinan bahwa kapal itu kelebihan muatan dengan banyaknya penumpang (sebab kejadian ini disebutkan tepat setelah jumlah mereka dihitung) dan bahwa hal ini sudah begitu sering membuat mereka terpaksa meringankan muatan kapal.

Menepinya mereka ke pantai, dan pecahnya kapal itu di tengah jalan. Fajar hampir menyingsing ketika mereka makan. Dan ketika hari sudah cukup terang, mereka mulai melihat ke sekeliling mereka. Dan di sini kita diberi tahu,
1. Bahwa mereka tidak tahu di mana mereka berada. Mereka tidak tahu di pantai negeri mana mereka berada, apakah itu Eropa, Asia, atau Afrika, sebab masing-masing mempunyai pantai yang tersapu oleh Laut Adria. Ada kemungkinan bahwa para pelaut ini sering berlayar ke arah sini, dan menyangka bahwa mereka tahu betul setiap negeri yang mereka datangi, tetapi di sini mereka kebingungan. Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, sebab mungkin saja kebijaksanaannya itu membuat dia melakukan kesalahan yang mencolok dalam bidang pekerjaannya sendiri.

2. Mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya, dan ke situlah mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu (ay. Kis 27:39). Meskipun tidak tahu negeri apa itu, atau apakah para penduduknya kawan atau lawan, beradab atau biadab, mereka memutuskan untuk menyerahkan diri pada belas kasihan orang-orang setempat. Itu tanah kering, yang begitu dinanti-nantikan oleh mereka yang sudah begitu lama berada di tengah lautan. Sungguh disayangkan bahwa tidak datang bantuan kepada mereka dari pantai, entah itu nakhoda yang dikirim kepada mereka, yang mengenal pantai itu, yang bisa mengarahkan kapal mereka, ataukah itu kapal lain, untuk memindahkan sebagian orang ke dalamnya. Mereka yang hidup di laut sering kali mendapat kesempatan untuk menolong orang-orang yang sedang dalam kesulitan di laut, dan menyelamatkan nyawa-nyawa yang berharga. Dan mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya, dengan siap sedia dan hati yang gembira. Sebab merupakan dosa besar, dan sangat membangkitkan murka Allah, jika kita membiarkan mereka yang diangkut untuk dibunuh, dan yang sedang menuju tempat pemancungan. Kita tidak bisa beralasan, “Sungguh, kami tidak tahu hal itu!” padahal sebenarnya kita tahu, atau bisa saja tahu, atau seharusnya tahu (Ams. 24:11-12). Saya diberi tahu bahwa ada sebagian orang, termasuk dari bangsa kita sendiri, yang ketika dari pantai melihat sebuah kapal ditimpa kesulitan dan tersesat, mereka, dengan memberi tanda api yang menyesatkan atau dengan suatu cara lain, sengaja menuntun kapal itu ke dalam bahaya, supaya orang-orang yang ada di dalamnya mati, dan mereka bisa menjarah kapal. Kita hampir-hampir tidak percaya bahwa ada manusia yang begitu jahat, begitu tidak berperikemanusiaan, dan begitu kerasukan setan seperti itu. Jika ada, biarlah mereka tahu akan kebenaran bahwa penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan.

3. Mereka langsung menuju pantai dengan angin dan gelombang (ay. Kis 27:40): Mereka melepaskan tali-tali sauh, empat sauh yang mereka buang di buritan (ay. Kis 27:29). Menurut sebagian orang, mereka terlebih dahulu menimbang beratnya sauh-sauh itu, dengan berharap masih bisa menggunakannya lagi di pantai. Ada sebagian juga yang berpendapat, mereka melakukannya dengan begitu tergesa-gesa sehingga mereka terpaksa memotong tali-talinya dan meninggalkan sauh-sauh itu. Kedua arti itu sama-sama memungkinkan menurut bahasa aslinya. Lalu mereka meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Karena anginnya cukup baik untuk membawa mereka ke pelabuhan, mereka mengulurkan tali-tali kemudi, yang sebelumnya diikat selama badai turun supaya kapal tidak goyang. Karena sekarang mereka sedang menuju pelabuhan, tali-tali itu dilepaskan, supaya nakhodanya bisa mengemudikan kapal dengan lebih bebas. Kemudian mereka memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. Kata-kata asli yang di sini diterjemahkan dengan tali-tali kemudi dan layar topang sudah membuat para ahli berpikir keras untuk menerjemahkannya sesuai dengan istilah-istilah masa kini. Tetapi istilah-istilahitu tidak perlu membuat kita pusing, sebab kita sudah puas dengan mengetahui bahwa setelah melihat pantai, mereka bergegas menuju ke sana secepat mungkin, dan mungkin tidak cuma cepat-cepat, tetapi juga sangat teramat cepat. Tidak bolehkah jiwa yang malang, yang telah lama bergumul dengan angin dan badai dunia ini, rindu untuk sampai di pelabuhan yang aman dan tenang, tempat peristirahatan kekal? Tidakkah itu membersihkan jiwa dari segala sesuatu yang melekat pada dunia ini, dan meluruskan kasih sayangnya yang kudus dan saleh ke sorga? Dan tidakkah itu berarti mengibarkan layar topang iman kepada angin Roh, sehingga bersama segala kerinduan, jiwa menuju ke tepi pantai?





NEXT:
Khotbah Ibadah GPIB Kamis, 25 Januari 2024 - DALAM PERLINDUNGAN ALLAH - Kisah 28:1-6 - Minggu III Sesudah Epifani

PREV:
Khotbah Ibadah GPIB Selasa, 23 Januari 2024 - PERCAYA PADA JANJI ALLAH - Kisah 27:23-25 - Minggu III Sesudah Epifani







Kalender Liturgi Katolik Juli 2024 dan Saran Nyanyian

Bacaan Alkitab Urut Peristiwa

NEXT:
Khotbah Ibadah GPIB Kamis, 25 Januari 2024 - DALAM PERLINDUNGAN ALLAH - Kisah 28:1-6 - Minggu III Sesudah Epifani

PREV:
Khotbah Ibadah GPIB Selasa, 23 Januari 2024 - PERCAYA PADA JANJI ALLAH - Kisah 27:23-25 - Minggu III Sesudah Epifani

Arsip Khotbah Ibadah GPIB 2024..




TOP Christian Song

PEMBACAAN ALKITAB GPIB BULAN JUNI 2024

PEMBACAAN ALKITAB GPIB BULAN MEI 2024




ADV (Himnario Adventista), AG (Aradhana Geethamulu), ELI1 (ELI ABOLOJO (Christian Songs, Igala)), ELI2 (ELI KEKE (Short Songs, Igala)), English Hymns, HC (Держись Христа), PKS (Pwuhken Koul Sarawi), RRZ (Runyankole Rukiga, Zaburi), SP, SPSS (Spiewajmy Panu wyd. dziesiate), SR, SR3300 (Song of Revival 3300)*, SS (ДУХовни Песни), YJ (Юность-Иисусу), YSMS (Тебе пою оМй Спаситель), CFC SONGS *, Jacqlien Celosse, Franky Sihombing, Sari Simorangkir, Maria Shandi, Nikita, Jonathan Prawira, Sidney Mohede, Edward Chen,
Tagalog Worship Song
Kenya Worship Songs
Ghana Worship Songs
Urgandan Christian Song
Russian Worship Songs
Chinese Praise and Worship Song
Lagu Rohani Bahasa Iban di Malaysia
Thai Christian Song
Hebrew Christian Song
Arab Christian Song
Christian Songs In Dutch
German Christian Songs
Hindi Worship Song
Japanese Christian Song
Italian Christian Song
Lagu Rohani Batak
Lagu Rohani Ambon
Greek Worship Songs
French Worship Songs
Spanish Worship Songs